Senin, 16 November 2009

Tembok Yang Terjajah

Ada sebidang dinding dikamarku sekarang telah menjadi ajang kreasi dan seni. Tempat ini telah secara tidak “resmi” menjadi milik anak-anakku. Pada hal belum ada izin lisan maupun tertulis yang mengatakan mereka bebas untuk melakukan ajang kreatifitas disitu. Tapi rasanya tembok itu telah “terjajah” secara permanen dan konsisten dengan karya-karya mereka.

Sesungguhnya aku lupa kapan asal mula terjadinya tembok itu menjadi tempat “penyiksaan “ . hal ini aku katakan, karena lukisan yang berada disana sukar aku nilai berapa nilai dari estetika dan seninya, karena walau bagaimanapun aku berusaha untuk memahami lukisan-lukisan tersebut, aku tidak bisa menebak lukisan apa yang dimaksud disana.

 Dan tembok itu bisa menjadi ajang seni tersebut aku tidak ingat kapan terjadinya. Yang aku ingat  adalah waktu itu pas aku pulang kerja , ketika aku memasuki kamar aku anak ku yang paling besar dengan wajah yang kelihatan gembira berkata: “ pi , lihat bagus enggak gambar yang ku dan dede buat?” , secara sambil lalu aku pun melihat gambar yang tertempel di tembok kamar ku, secara spontan akupun menggangkat jempol tanpa mencek dan ricek lagi apa yang mereka lakukan. Sambil mengatakan “luar biasa, bagus sekali. Dan waktu itu baru sekitar 3 lukisan yang tertempel disana. Tapi sekarang sudah menjadi puluhan lukisan nangkring di tembok itu.

Mengenai kreatifitas ini sebenarnya ada kamar khusus yang aku siapkan buat mereka. Di kamar ini segala kreatifitas boleh mereka lakukan. Bila masuk kekamar ini , aku pun merasa memasuki dunia lain. Maksudnya dunia yang penuh warna dengan segala coretan dan tempelan ada disana, walaupun aku  tidak bisa  katakan kalau aku menikmati semua itu. Karena pada perinsipnya aku menyukai suasana yang rapi. Dan di tempat khusus ini sungguh jauh dari harapan ku. Dan entah mengapa, mungkin aku terkesan kurang memperhatikan ruang khusus ini. Maka anak ku secara proaktif dan agresif menyerang kamar ku.
 
Tapi kalau kita mau menyadari, anak-anak kita ini memang sangat membutuhkan sebuah tempat untuk menyalurkan energy mereka. Mereka butuh tempat bermain. Dan mengenai tempat memang sangatlah minim yang bisa kita temukan. apa lagi didalam sebuah perumahan yang standard, sedangkan yang mewahpun belum tentu bisa ada. Dan kalaupun ada kita ragukan keamanannya.

Menilik dari hal ini, aku terpaksa membuang segala egoisme ku mengenai segala macam “kerapihan” yang ada di rumah. Selain aku pun berusaha untuk bisa menikmati lukisan anak-anak saya yang “abstrak” ini, walaupun aku yakin mereka tidak melukis dengan gaya tersebut. Minimal hal “kebebasan”inilah yang baru bisa saya berikan. 

Semoga anak-anak kita bisa menyalurkan energynya dengan tepat guna. Dan bisa menikmati kebahagiaan masa kecilnya dengan cukup maksimal di tengah keterbatasan yang ada. bagi ku rumah bisa aku rapikan , tapi kebahagiaan anak-anak ku ini akan berlalu seiring waktu dengan mangkin dewasanya mereka. Maka selayaknyalah bila aku memberi mereka kenangan masa kecilnya dengan kenangan yang indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.