Rabu, 29 April 2009

Arahat Itu Ada dirumah

Terakhir aku di tegur anak ku bila melakukan “suatu kesalahan”. Yang menurutnya kurang bagus. Misalkan, “papi koq belum mandi, jam berapa nich?”. Sejenak aku terhenyak , apa yang mesti aku lakukan, mendiamkan, atau mesti marah? Minimal pura-puralah, karena koq anak kecil bisa memberi nasehat kepadaku, berdasarkan harga diri ku sebagai orang tua yang harus di tuakan biar tidak marah pun ucapan itu harusnya cukup aku abaikan saja.

Akhirnya setelah berpikir sejenak sambil tersenyum aku berkata ,” oke bos, papi mandi dulu” aku pun melihat ada pancaran bahagia di mata anakku. Walaupun sesungguhnya kebahagiaan terbesar diriku yang rasakan karena ternyata dibalik itu semua anak aku memperhatikanku.

Seingat ku, dijaman saya kecil dulu, jangankan memberi nasehat. Mencampuri urusan orang tua saja sudah bermasalah. Semisal ada tamu papa ku yang datang, kita sebagai anak-anak tidak boleh ikut duduk mendengar pembicaraan, apa lagi ikut “sumbang bicara’ itu adalah kasus besar. orang tua saya akan marah sekali sepertinya seorang anak tidak boleh tahu, apa lagi mencampuri masalah orang tua.

Tapi sekarang jaman sudah berubah, dan aku pun harus merubah pola pikir ku. Tidak semua hal dijaman dahulu aku ikuti ataupun harus aku tinggalkan , semuanya harus di pilah-pilah , yang menurut ku masih terbaik aku ikuti, yang sudah mulai lapuk aku tinggalkan.

Bagi ku anak adalah teman dalam kehidupan, mereka bukan hanya sekedar anak, atau rakyat ku. Tapi mereka adalah manusia merdeka, walau kebetulan mereka ada karena aku. Tapi mereka tidak mesti harus menuruti ku. Karena sayapun belum tentu benar , aku juga sedang belajar, minimal belajar untuk mencapai kehidupan lebih baik, mereka adalah individu dan sifat yang berbeda-beda. Mereka mempunyai kehidupan dan pandangan yang berbeda. Makanya aku dan mereka adalah teman seperjuangan dalam menapaki kehidupan ini, saling bahu membahu dan saling mengingatkan, walaupun aku sementara tetap berlaku sebagai komandan.

aku mendengarkan anak ku bukan karena diriku takut, tapi aku merasakan apa yang dibicarakan ada kebenaran disana. aku menghormati dan menghargai perhatian anak ku. Saya merasa sangat bahagia. Walaupun “teguran” itu keluar dari mulut seorang anak TK. Dimata ku nasehatnya bagaikan titah yang keluar dari mulut seorang Arahat.

Aku merasa sangat berbahagia karena aku memiliki beberapa Arahat di rumah ku. Yang siap menasehati ku bila aku melakukan kesalahan. Semoga para Arahat ini tetap menajadi Arahat di masa dewasa nanti. Dan bisa membimbing orang lain juga. Dan itulah harapan tertinggi Diriku sebagai seorang teman seperjuangan dalam menapaki perjalanan kehidupan yang belum kelihatan ujungnya ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.