Minggu, 08 November 2009

Pamanku Seorang Seniman

Ada sebuah kenangan yang sangat membekas di dalam hatiku. ceritanya bermula dari ketika aku masih tinggal dikampung tercinta. Suatu hari tiba-tiba dirumah kami kedatangan seorang paman yang waktu itu aku belum pernah bertemu dengan paman (adik dari mama) ku ini. Yang sejak kecil telah pergi merantau. Tempat terakhir paman adalah di pulau “Dewata” Bali. Dan pada hari itu paman ku mudik ceritanya.

Pamanku ini, “menurut kabar” yang saya dengar adalah termasuk juga seorang seniman Bali yang cukup disegani. Aku tahu karena pernah suatu kali aku melihat ada surat kabar. ( Yang waktu itu surat kabar termasuk langkah. Karena TV saja masih hitam putih) . dan disurat kabar terbitan Bali itu foto pamanku terpampang di sebuah halaman cukup besar plus hasil karyanya. Pamanku ini di kenal sebagai seorang penyair waktu itu.

Selama di kampung , kegiatan pamanku selalu pagi-pagi sudah berangkat pergi dengan sebuah sepeda motor dan sore menjelang petang baru balik kerumah. Dengan kegian “rutin” ini telah berjalan hampir dua minggu. Pertama aku tidak begitu perhatikan kegiatan pamanku ini. ku pikir , mungkin paman mengunjungi sanak family yang lain..sehingga jadwalnya menjadi “padat” tersebut. Tapi setelah hampir dua minggu. Hal ini mulai membuat ku bertanya-tanya. Rasa-rasanya.. sanak family saya tidak sebanyak itu bila harus di kunjungi sampai demikian lama.

Dalam suatu kesempatan waktu itu seingat ku adalah senja hari menjelang malam , aku duduk dengan pamanku ini, beliau mempunyai kebiasaan duduk-duduk diluar rumah pada setiap senja sampai malam hari. Dan kebetulan aku bisa ikut menemani. Dikesempatan itu aku bertanya, apa gerangan kegiatan pamanku sepanjang waktu ini. Dan beliau menjawab, bahwa selama ini di hanya keliling-keliling dengan motor nya dan selalu berhenti disetiap tempat yang dia suka, yang mana menurutnya asal pemandangan itu indah dia akan berhenti dan lama berada disitu. Yang dilakukan adalah “merekam” semua yang di lihatnya.

aku pun penasaran, “merekam” ? bagaimana bisa? Lah alat rekamnya saja tidak ada? Jawab pamanku.” Seperti sekarang inipun, paman lagi merekam” loh? Duduk ngobrol koq merekam? “ya , iyalah…sekarang merekam, enaknya nanti, waktu paman sampai diBali dan duduk-duduk juga seperti ini, sambil mengingat semua keindahan dikampung sini , menikmati malam ini, baru terasa nikmatnya……” jadi sekarang ini adalah melakukan remanan untuk nanti…sekarang enaknya belum terasa…
Sejenak aku bengong, tapi pengalaman dengan paman ini memberi pengertian kepada secara mendalam.

Kalau kita menyadari memang apapun yang kita lakukan pada saat sekarang ini, semuanya belum terasa indah atau nikmat. Simplenya aku sebagai orang tua, anak ku yang kecil-kecil ini selalu rasanya mengganggu kehidupan “privasi” ku. Tidak ada waktu diriku untuk sendiri. Belum lagi “rewel” mereka. Kadang-kadang bikin senewen. Tapi bila kita mau berpikir kedepan . sesuai “konsep” pamanku.

Sebetulnya apa yang dilakukan oleh anak-anak kita tidak lebih, memberikan Kesempatan kepada kita untuk merekam masa kecil mereka. Mungkin waktu mengalami kita tidak meresa lucunya mereka. Tapi nanti setelah kita mulai tua dan mereka telah dewasa, maka “rekaman” yang mereka berikan baru terasa indahnya. Demikian pula dengan anak-anak kita mereka juga sedang “merekam” kasih sayang kita buat mereka. Maka dari itu sebagai orang tua buatlah “rekaman”yang baik untuk anak-anak kita. Rekam dan nikmatilah waktu sekarang ini. Di suatu saat nanti tinggal kita menikmati hasil rekaman kita itu. memanglah kenangan kehidupan ini sungguh berarti. selagi ada kesempatan buatlah kenangan terindah dalam hidup.

Ini adalah contoh kecil, mungkin banyak contoh lain . semoga pengalaman kecil ku ini bisa ada manfaatnya.

Jakarta, 20 Oktober 2009
By: Herry Darmawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.