Rabu, 29 April 2009

Superstar

Bila ku ingat akan cita-citaku , dari sejak dulu adalah menjadi seorang bintang. Kisahku bermula dari Suatu kejadian dimana pada waktu itu ada acara perpisahan disekolah dasar (SD) tempat dimana aku bersekolah, Cuma aku sendiri waktu itu masih duduk di bangku kelas III kalaulah tidak salah. Waktu itu ada Live musik. kebetulan aku dapat tempat duduknya tepat di belakang panggung, walaupun itu musik kampung aku sungguh terpesona melihat demikian Sakti orang yang menggebuki drum . keliatan gebukannya asal asalan tapi bunyinya sangat menggugah hatiku.

Mungkin karena dasarnya sudah hobby akan musik, besoknya di rumah aku mengincar panci, ember, dan segala benda dapur untuk kususun dan kupukul, sumpit waktu itu kujadikan stick drumnya...muantap.

Krumpiang-krumpiang, klontang-klontang lega rasa hati, terasa telah menjadi seorang musisi tulen. Sejak itu cita-citaku telah bulat rasanya ingin menjadi seorang musisi terkenal. Aku bertekat menjadi seorang Superstar.

Setiap menonton acara tv, jamanku dulu siaran tv yang terfavorit adalah acara kamera ria, album minggu ini , dan nuansanya bw pula dan saluran tv yang ada hanyalah TVRI dengan semboyannya "milik kita bersama"...maklum dulu tv gak ada yang warna warni kayak sekarang. Apa lagi mengharapkan layar LCD segala. Waktu itu tvnya bisa menyala saja sudah syukur, karena dikampung listrik jaman dulu belum ada, semuanya dinyalakan dengan bantuan aki.

Melihat serta membayangkan artis-artis nya sungguh membuat hati terasa ngiri. Begitu glamor dan begitu di puja, semua orang pasti kenal mereka, dielu-elukan oleh orang lain, kemana-mana pasti dikejar dan disapa, mungkin semua orang akan mengaku kita saudaranya. Wah mantap. Menjadi Bintang.....sungguh menyenangkan.

Setelah terakhir, aku mulai memapaki dunia musik yang sesungguhnya, aku mulai mengenal orang-orang dulu yang aku lihat di tv saja. ada yang bertemu di studio. ada pula bertemu karena suatu sebab.

Jujurnya aku terkejut sekali, ternyata tidak seperti yang aku bayangkan dan ku kira. Glamour yang dulu mereka dapat, sekarang bekasnya pun sudah tidak keliatan, yang mereka punya tak lebih dari pembicaraan tingkat tinggi, maksud nya adalah setiap mereka bicara tak lebih dari membanggakan masa jaya mereka dulu . Flash back terus.

Pernah suatu kejadian. Seorang musisi 80-an yang sangat jaya waktu itu. Sedang berjalan-jalan di pertokoan dia melihat lewat etalase sebuah tv parkir disana. Tanpa sebab yang jelas, diambilnya sebuah batu. Etalase dan tvnya di lempar dengan batu hingga hancur. Dengan santainya dia masuk ke toko dan ganti rugi semua itu...luar biasa.Terakhir orang luar biasa ini , satu batang rokokpun harus mengemis dengan teman senasib lainnya, sungguh ironis.

Dan ini bukan hanya satu, tapi banyak sekali orang-orang luar biasa lainnya. Yang kutemui yang menjadi “nobody”. Hidupnya sangat memperihatinkan. Yang ada hanyalah nama besar . tanpa memiliki tabungan besar seperti namanya.

Yang merepotkan masyarakat umum menganggap mereka masih orang besar pula dengan julukan publik figur. Dimana mana masih dikenali, makanya mereka makan saja tetap tidak berani jongkok di warteg padahal doku da cekak rokok saja mesti beli ketengan , kecuali tempat tertentu yang sudah mengenali asli mereka.

Melihat contoh dari orang-orang luar biasa ini, terakhir aku merasa sangat bersyukur bahwa aku tidak menjadi terkenal sampai sekarang seperti cita-cita masa kecilku dulu, selain kemampuan memang kurang , tampang paspasan dan tidak punya modal apa apa, dengan statusku yang “nobody” ini, aku bebas jongkok di warteg manapun yang kusuka. Aku bebas mengunjungi tempat dimanapun, tanpa ada yang mengganggu. Yang jelas tanpa harus ada rasa malu dan perasaan gengsi yang mengganggu.

Jadi para nobody sepertiku , harusnya kita bersyukur. Kita adalah orang merdeka. Sesuatu yang glamour itu sifatnya hanya Ilusi. Kalaulah kita tidak bisa manage diri jadi apapun akan tetap menyusahkan, Karena kehidupan sesungguhnya ada di tangan kita, bukan dari pandangan orang lain. Sesungguhnya gambar itu bisa menipu. Sebuah gambar bisa bercerita banyak. Atau malah bisa menyesatkan. Berbahagialah bagi kita sebagai manusia yang merdeka. selamat tinggal cita-cita, biarlah cita-cita tetap sebagai cita-cita. tercapai atau tidak kamu adalah bagian dalam hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.